Bagikan

BATU- Potensi ancaman bencana yang kian dinamis saat ini direspon Pemprov Jatim dengan menggelar Disaster Leadership Academy (DiLA) di Wanawisata Coban Rais, Kota Batu, Jumat-Sabtu (26-27/1/2024).

Kegiatan pelatihan kebencanaan yang diikuti seluruh pejabat tinggi madya dan pratama di lingkungan Pemprov Jatim ini merupakan kegiatan perdana di Jatim, dan bahkan secara nasional.

Membuka secara resmi kegiatan ini, Sekdaprov Jatim Adhy Karyono, dengan didampingi Kepala BPSDM Jatim Ramliyanto, Kalaksa BPBD Jatim Gatot Soebroto, Kadinsos Jatim Restu Novi dan Guru Besar Sosiologi Kebencanaan Universitas Pertahanan, Prof Syamsul Maarif.

Kehadiran Prof Syamsul Maarif yang juga mantan Kepala BNPB ini sekaligus sebagai pemateri utama dalam kegiatan ini, dengan materi bertema Membangun Kepemimpinan Sadar Bencana.

Dalam paparannya, ia menegaskan pentingnya membangun pengetahuan dan kesadaran bencana bagi para pemimpin. Sebab, dengan pengetahuan itu, mereka akan bisa membuat rencana kontingensi untuk menghadapi berbagai persoalan dan ancaman potensi kebencanaan ke depan.

“Rencana kontingensi itu harus plan to the worst and hope for the best. Rencanakan untuk kondisi terburuk, tapi kita berharap hasil yang terbaik,” sarannya.

Selain materi dari begawan kebencanaan, pelaksanaan DiLA juga ditandai acara Diskusi Panel pada malam hari, dengan salah satu pembicaranya, Kalaksa BPBD Jatim, Gatot Soebroto.

Sementara, pada hari kedua, lebih banyak dilakukan praktik lapangan, seperti, pendirian tenda darurat, simulasi pemadaman api, penanganan trauma healing dan pelatihan Basic Life Support (BLS).

Dalam sambutan pembukaan, Sekdaprov Jatim mengatakan, kegiatan DiLA 2024 ini dilakukan sebagai upaya membangun kesadaran kolektif para pejabat Pemprov Jatim akan pentingnya penanggulangan bencana.

“Bencana itu tanggung jawab bersama. Bukan hanya BPBD dan Dinsos saja, tapi semua jajaran, termasuk segenap unsur pentahelix,” terangnya.

Dikatakan, kesadaran dan kepedulian terhadap bencana bagi seorang pemimpin itu sangat penting, karena pemimpin merupakan ujung tombak dalam mengambil kebijakan.

“Kalau pemimpin tidak punya sense of crisis, tidak punya kepedulian, empati maka akan susah dalam menangani suatu bencana. Karena itu, kita berharap, setelah DiLA ini selesai, seluruh JPT Pratama bisa menjadi role model dalam penanganan bencana,” ujar Sekdaprov Adhy.

Sekda Adhy menjelaskan bahwa penanganan bencana melibatkan empat siklus, yaitu pencegahan dan mitigasi, kesiapsiagaan, tanggap darurat, serta rehabilitasi dan rekonstruksi. Pada tahap pencegahan dan mitigasi, pemimpin diharapkan mampu memetakan wilayah-wilayah yang rawan terhadap berbagai jenis bencana.

“Kita tidak ingin, para pemimpin di level pratama ini datang ke lokasi hanya untuk selfie bencana, atau istilah wisata bencana. Yang kita inginkan adalah bagaimana kita memiliki keikhlasan jiwa untuk menolong,” pungkasnya.

Sebagai seremoni penutupan, Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa menyematkan Pin Sahabat Tagana kepada perwakilan peserta, pertanda pengukuhan lulusnya peserta DiLA 2024.

Ia berharap, pasca gelaran DiLA ini, kolaborasi antar-OPD Pemprov Jatim dalam penanganan bencana semakin kuat dan cepat.

“Bagaimana kita melakukan kesiapsiagaan bersama, kemudian bagaimana mitigasi bersama dan bagaimana kita siapkan seluruh tim secara komprehensif. Tidak mungkin BPBD sendirian, tidak mungkin Tagana sendirian, dan kita membutuhkan gandengan tangan dengan semua institusi,” harapnya. 

Selama gelaran DiLA 2024, BPBD Jatim juga turut memberikan support dalam berbagai layanan dan kegiatan. Di antaranya, menyiapkan 14 tenda orange, menghadirkan Mobil Edukasi Penanggulangan Bencana (Mosipena) dan memfasilitasi sejumlah materi, seperti, pendirian tenda, penggunaan APAR, pengenalan peralatan dan logistik kebencanaan. (*)

By yusron

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *