Bagikan

SURABAYA- Gempa bumi yang terjadi dua kali di Jatim dalam dua bulan terakhir kini menjadi perhatian serius BMKG pusat.

Itu setidaknya terlihat dari agenda webinar yang digelar BKMG, hari Jumat (28/5/2021), yakni, tentang Kajian dan Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami Jawa Timur.

Bahkan Kepala BMKG Pusat, Prof Dwikorita Karnawati Ph.D mengikuti terus agenda webinar yang berlangsung sejak pagi hingga sore hari tersebut

Ia juga menyampaikan, gempa yang terjadi di wilayah Selatan Jatim sesungguhnya bukan sesuatu yg tiba-tiba. Tapi telah ada indikasi sebelumnya, berupa peningkatan intensitas kejadian gempa.

Jika sebelum 2021, rata-rata kejadian gempa per bulan sekitar 300-400 kali, maka sejak Januari intensitas gempa naik menjadi 600 kali dan bahkan hingga 900 kali.

Sejarah gempa di Jatim, menurutnya, juga telah ada sejak tahun 1836 yang terjadi di Mojokerto. Berdasar data BMKG, gempa di Jatim terjadi hingga 9 kali, dan terakhir pada tahun 1972 yang berpusat di Blitar dan Trenggalek.

Karenanya, Dwikorita meminta semua pihak, termasuk segenap kepala daerah di wilayah rawan gempa & tsunami di Jatim untuk meningkatkan kewaspadaan.

Sebagai wujud upaya peningkatan kewaspadaan terhadap bencana, saat membuka webinar tersebut, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati bersama Asisten Administrasi Umum Pemprov Jatim Abimanyu Ponco Atmojo yang bertindak mewakili Gubernur Jatim melaunching Budaya Siaga Bencana untuk masyarakat Jatim.

Launching tersebut yang ditandai dengan pengenalan Tas Siaga Bencana ini disaksikan secara langsung oleh Plt Kalaksa BPBD Jatim Yanuar Rachmadi S.Sos MM dan Kabid Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Jatim Gatot Soebroto SE M.PSDM, serta segenap peserta webinar secara virtual.

Sementara, di sesi kedua webinar ini, secara terpisah Gatot Soebroto juga berkesempatan menyampaikan materi terkait Kesiapan Daerah dalam Pengurangan Risiko Bencana.

Beberapa poin yang disampaikan di antaranya terkait kebijakan Gubernur yang sangat care dengan program penanggulangan bencana, jenis-jenis potensi bencana & berbagai upaya yang dilakukan BPBD Jatim dalam melakukan kesiapsiagaan bencana.

Misalnya, meningkatkan kapasitas masyarakat dlm upaya pengurangan risiko bencana melalui pembentukan Desa Tangguh Bencana (Destana), sosialisasi pengurangan risiko bencana dengan Tenda Pendidikan Bencana (Tenpina), Mobil Edukasi Penanggulangan Bencana (Mosipena), dan menggelar Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB) di banyak sekolah.

Selain itu, BPBD Jatim juga melakukan sosialisasi dengan memasang rambu-rambu waspada bencana di sejumlah titik rawan dan memasang alat deteksi dini bencana alias early warning system (EWS).

Dalam pelaksanaan webinaritu, hadir pula sebagai narasumber, para akademisi dari berbagai perguruan tinggi negeri dan praktisi kebencanaan di tanah air. (*)

By yusron

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *